Jejakku hingga 2013: Inspirasimu Kemudian (Part 1: edisi siswa)

Jejakku hingga 2013, Inspirasimu kemudian (Part -1 : edisi Sekolah)

Biasanya akhir tahun banyak bermunculan berbagai macam resolusi. Entah resolusi baru, atau sebatas mereview ulang resolusi tahun sebelumnya. Ini juga momen renungan apakah tercapai targetnya atau hanya sebatas tulisan yang terpampang seolah memandang dengan senyum sinis.

Tahun 2013, mungkin bisa menjadi momen ‘akhir’ saya pribadi menyandang gelar sebagai organisatoris, dalam lingkup kampus lebih spesifiknya. Ya, menjadi sebuah pengalaman berharga bagaimana berjuang supaya tidak hanya menjadi sebatas “butiran debu” yang bertebaran di kampus Unpad.  Nostalgia sedikit, boleh lah yaa..

Langkah itu diawali dari sebuah janji.  Sebagai seorang “pindahan” yang berulang kali mengalami jet-lag dengan suasana baru, saya bertekad, bahwa di kampus nanti saya tidak mau dianggap sebagai seorang pendatang baru yang amatir. Eh, saya belum cerita ya? Oke.. singkatnya, saya sendiri baru menginjak tanah pertiwi  semenjak SMA dan itupun terisolir dari wajah Indonesia yang aslinya, mengingat saya langsung ditempatkan di pesantren. Rekan baru, lingkungan serta perlakuan orang yang baru membuat saya harus berjuang ekstra supaya dapat beradaptasi dan menyesuaikan. Celakanya, perjuangan tersebut hanya berakhir sampai menjadi middle class dalam sebuah rantai makanan status sosial. Kenapa? Karena saya harus pindah (terus).

Contohnya, saya mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Indonesia Jeddah.

momen Upacara Bendera tiap Sabtu (sumber: http://si-je.blogspot.com/2012/11/sejarah-sij.html

momen Upacara Bendera tiap Sabtu (sumber: http://si-je.blogspot.com/2012/11/sejarah-sij.html

Okei, saya menetap di Jeddah semenjak lahir. Di masa2 ini saya malah sempat mengalami situasi di mana saya dicap sebagai “siswa nakal”, walau Alhamdulillah saya termasuk murid yang cepat dalam menangkap pelajaran terlepas dari kendala bahasa yang saya alami. Hingga akhirnya, kelas 5 SD saya mendapat kesempatan untuk berbicara atas nama siswa SD di depan Mendikbud beserta jajarannya, dan ini adalah pengalaman public speaking-ku yang pertama! Amazing, karena setelahnya kesinisan para guru berubah menjadi pujian, dan bahkan ada senior yang menawari untuk segera gabung di OSIS ketika menginjak bangku SMP. Saya simpan kata2nya dan itupun menjadi ambisi pribadi. Setahun kemudian, alhamdulillah ijazah SD kuraih, hebatnya, kala itu juga dinobatkan sebagai juara umum kelas. Senyum, bersyukur, serta membayangkan hal2 indah yang akan saya lalui kala SMP nanti. Tetapi.. orangtua punya rencana yang beda, dan Allahpun meridhoinya. Saya dipindahkan. Sayonara, Sekolah Indonesia Jeddah!

Saya mengenyam pendidikan SMP di beberapa sekolah. Diawali dari AlBarokah International School.

gerbang Utama Sekolah.. bukan jalur "evakuasi" yang baik :p

gerbang Utama Sekolah.. bukan jalur “evakuasi” yang baik :p

Di sini saya mendapatkan beberapa teman dari Indonesia, Mujahid, Husein, Lamia kemudian diikuti Karisha dan adik-adiknya . Hmm, ini masa2 yang… indah dikenang, haram diulang! Hehe.. Ini merupakan masa2 ketika pubertas mengalami puncak dan proses pencarian jatidiri dimulai.. Awalnya, rekan2 sy ini hanya dianggap “tahi lalat” oleh siswa lain, mengingat logat bahasa Inggris & Arabnya yg berbeda. Bahkan untuk membela merekapun sy beberapa kali harus pulang agak telat karena harus nemuin mereka dulu di belakang sekolah. You know laah, nyelesain masalah secara “jantan” (katanya). In the end, stlh beberapa peristiwa akhirnya bisa dapet respect dari org2 sekitar, terutama di kelas. Oke then, akhirnya bisa ber-katarsis! Mulai dari Dunia skating, berantem, kebut2an pakai mobil, kabur dari sekolah (bahkan rumah), menjahili guru, nge-date beberapa (ehm) perempuan, bullying adik kelas… aah, hanya berharap anak-anakku kelak ga mengikuti  jejak ini :p . Nah,, uniknya Ketika naik ke kelas VIII dan itu saat di mana saya sudah mendapatkan “posisi” serta dihormati (konotasi negatif), justru malah orangtua memutuskan untuk memindahkan saya.. again? Yea.

Pindah ke..neighbouring school. Namanya Al-Noor International School.

gerbang utama Boys' Section (foto diambil oleh amatir. sumber: google)

gerbang utama Boys’ Section (foto diambil oleh amatir. sumber: google)

Oke, sempet say goodbye ke beberapa rekan, minta maaf ke guru2.. setidaknya saya meninggalkan sekolah itu dengan husnul khotimah ;D (well, alhmdulillah cukup prestatif di sana). Iklim di sini lebih edukatif. Daya kompetisinya pun terasa. Bahkan saya sendiri sempat hampir tidak lulus ujian masuknya karena memang kurang persiapan. Sempat pesimis di awal2 dan berniat untuk melanjutkan kembali di Al-Barakah, orangtua justru menggunakan kemampuan negosiasinya di sini. Wow, saya akui itu keren! Diterima di sana dan menjadi siswa pertama yang berasal dari Indonesia, serta nilai ujian masuk yang bahkan jauh dari passing grade..itu merupakan sebuah keajaiban! (atau kehendak Allah sih pastinya..) Well then, saya otomatis tidak mau menyia-nyiakan kepercayaan sang Kepsek, Mr.Syed dan jajaran guru-guru. Ya, saya (masih) mengalami jet-lag serta proses adaptasi yang cukup lama, mengingat rekan2 di sini terkesan nerdy. Entah karena menganut paham kesederhanaan, yang jelas saya melihat sekolah ini jauh dari kata modernitas. Saya coba untuk mengikuti gaya mereka. Belajar lebih ekstra, waktu main yang dikurangi..butuh pengorbanan memang, sempat diledek, inferior karena lifestyle yang outdate, saya tetap optimis, setidaknya saya akan mendapatkan sesuatu yang mereka tidak dapatkan,tetapi saya tetap mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Di awal semester, saya masih survive. Bahkan seorang guru Math’s saat itu, Mrs. Vandanna mengapresiasi sangat tinggi hasil mid-test pertama. Ya, kala itu saya meraih persentase nilai paling tinggi di kelas, 96%. Pak kepsek pun saat berkunjung memberi apresiasinya yang khas sambil berkata,”Yaa, I know, he has some kind of potential!” saya yang mendengarnya bersyukur sambil mesem2. :3 . kejayaan di Al-Noor Int’l School tidak berhenti sampai di situ. Saya langsung direkrut oleh Sapphire House (tiap siswa dibagi ke 4 Houses: Topaz, Emerald, Ruby dan Sapphire. Sejenis Harry Potter gitu) dan langsung diangkat sebagai Vice Captain. Oh meenn…!

Apakah selamanya saya mengalami kejayaan?  Kita lihat nanti. In sya Allah masih banyak hikmah bertebaran yang bisa diambil 😀

(to be continued)