Investasi Salah Sasaran (?)

Investasi salah sasaran

Bekerja sebagai penyintesis kristal trnyata berimbas pada sebuah hobi baru. Ya, banyak merenung. Hore! akhirnya telah ditemukan posisi wenak merenung selain menjelang tidur atau di WC menantikan kehadirannya untuk “plung” . Well, Di tengah penantian akan munculnya kristal baru, trnyata akses internet tak terbatas di mari (Universiti Malaya, red.) beri saya waktu utk berselancar, mulai dari sifat kelarutan tiap senyawa hingga sekedar research gaya hidup pasutri di mari (Malaysia, red.) dan mahar gadis Melayu. #aih.

Materi ini diawali dengan sebuah kalam dari Imam alGhazali. Kurang lebih bunyinya:

“Barangsiapa yg menginvestasikan waktunya berjam-jam untuk cari harta kerana takut miskin, maka sebenarnya dialah sebenarnya orang miskin”

Sebuah kalam yang menghentakkan kita masing-masing, bahwasanya, bisa jadi sia-sia jika ternyata investasi kita, kerja kita, waktu kita, semua semata hanya karena takut (dikatakan) miskin.

Jadi gimana ini?

Semoga kita sentiasa ingat, hanya ada 3 perkara yang dibawa mati. Okei, ini dalilnya:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

 

Dari hadits itu boleh aku simpulkan, menuju akhirat nanti sepertinya ada 3 macam investasi yang layak kita masing2 tanam. Tapi, layaknya bisnispun, ada kalanya investasi ini bisa berbuah gagal. Gagal, karena ternyata membuat investasi ini jadi salah sasaran. How so? Mari simak beberapa poin berikut:

 

1.Investasi guru terhadap murid2nya

Ilmu yg bermanfaat katanya. Yeah! para pencari ilmu, para pembelajar, in sya Allah tak sia2 tiap ilmu yang kalian perjuangkan utk bs tetap nempel. \^_^/ Beruntunglah wahai kalian yg pernah jd pementor, mengajar qur’an, apalagi yg berprofesi sbg guru. Sebab kita sungguh paham akan hadits berikut,

kebaikan

 

Lantas bagaimana investasi macam ini jd salah sasaran? Jelas, bisa jadi karena:

  1. i) faktor menuntut ilmunya bukan kerana Allah dan didasari ujub yg tinggi
    ii) ilmu yg kita bagikan tak sampai ke orang yg kita ajarkan. boleh kerana kita tak sabar mendidiknya, atau sang murid yg lalai.

Allaah.. berilah kami ilmu yang bermanfaat, serta berilah kebermanfaatan pada ilmu yang Engkau berikan ..

 

 

2.Investasi orangtua pada anaknya
Anak Sholeh yg mendoakan, katanya. Tapi, bagaimana jika dibalik? Kita adalah bentuk investasi dari orangtua kita. Yah, orangtua kita yg di manapun suda membesarkan. yang darahnya sentiasa mengalir di nadi kita. yang darinya kita warisi mata indahnya. sehingga, masih Maukah kita sia2kan bentuk investasi mereka? Masih mau kah berbelok, berbuat dzolim, terpaku dg gadget, tak tunaikan shalat di waktu yg tepat?

Mungkin. Tapi, maukah, lain kali kita renungkan.. tiap kali mau berbuat maksiat, sentiasa kita bayangkan, “Hei zan, kamu mau jadiin dirimu sebuah investasi salah sasaran dari Papa dan Mama?”

Allaah..

 

 

3. Investasi amal jariyah

Amal jariyah. Amal yg tak terputus. Yang manfaatnya sentiasa dirasa dan ngalir, walau kita telah maut. Aku tak dapat banyak cakap terkait ini. Beberapa waktu lalu banyak yg ngeshare terkait amal  jariyah. Ada lagi contoh-contoh amal jariyah sederhana lainnya, semisal: beli dispenser utk diletakkan di Mesjid, bagikan bakiak (sandal jepit) utk Mesjid, menanam pohon, menyingkirkan rintangan di jalan, dst.

Well, kali ini aku hanya ingin mengajak saudara-saudara mentadabburi ayat ini,
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang .”(Alhujurat:13)
Ayat yg bicara ttg ghibah. Menggunjing. Nyinyir. Ngomongin di belakang.

 

Lah kaitannya dengan investasi?

 

Ghibah, menggunjing, nyinyir kurang lebih selalu dibarengi dengan sifat hasad. Dan tuan puan pun tahu, jika hasad akan memakan kebajikan sebagaimana api makan kayu bakar.

Puff! hangus!

Lantas bagaimana jika amal yg kita niatkan utk jariyah itulah yg akan hangus? hanya karena sifat jelek kita sering ghibah dan hasad akan rezeki org lain?
Yeah, inilah bentuk lain dari investasi salah sasaran. Bahkan di hadits lain disebutkan, jika kita kerap kali membicarakan kejelekan org yg kita benci, niscaya amalan kita akan berpindah. jika suda habis, maka amalan buruknya lah yg akan kita dapat sebagai pemberat catatan. Ironis bukan?

 

Seorang mufti Al-Azhar pernah berujar,

 

“hati2lah kamu akan hasad dan kebiasaan ghibah. boleh jadi kamu menabung amal utk orang yg kamu cintai, malah berakhir berpindah ke orang yg paling kau benci”.

 

Allaah.. inilah bentuk terakhir dan nyata dari Investasi Salah Sasaran.

 

Ramadhan 1437H, patutlah kita berprasangka ini bisa jadi Ramadhan terakhir kita. Jom, perbanyak istighfar.. moga2 Allah beri kita kesempatan nikmati Ramadhan dengan investasi yg GAK akan salah sasaran

 

 

 

 

 

Wallahu a’alam bish-shawaab

Kuala Lumpur, 26 May 2016

 

Khutbah: Generasi Penerus anti Pluralisme

 

islamfaith

(Khutbah ini disampaikan di tahun 2014M, kalau tidak salah, waktu itu sedang momen Masa Bimbingan/ OSPEK)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله الحمد لله الـولى الـحـمـيد * الـمـبـد ىء الـمــعـيـد * الـفـعـال لـمـا يـريـد *أحـمـده وأشـكـره سـبـحـانـه وتـعـالى عـلى فـضـلـه الـمـديـد * أشـهـد أن لأ اله الا الله وحده لا شـريك لـه الـحـمـيـد الـمـجـيد * شهادة تـنجي قـائـلـهـا مـن عـذاب شـديـد * واشـهد أن محمدا عبـده ورسـوله خـيـر الأنـام يـدعو الى الأيـمـان والـتـوحـيـد* اللهـم صـل وسـلم وبارك على سـيد نامحمـد الـمـبـعـوث الى الــحـيــاة الـحـمـيـد* صلاة تـنجينـا بهـا من الـبـلا يـا والـشـدائـد * وعلى ألـه وأصــحابه ومن تبعهم مـن صـالـح الـعـبـيـد* أمـابعـد فيـا عبـادالله أوصــيكم وايـاي بتقـوى الله ذي الـعـرش الـمـجيـد* وَقَدْ قَالَ اللهَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ *حكايـة عـن شـأن يـعـقــوب عـلـيـه الـسـلام* أَعُـوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ* بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ * إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي

Saudara saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah,

Marilah senantiasa kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah dengan berupaya memenuhi perintah Allah, dan meninggalkan segala yang dilarang, agar senantiasa kita mendapatkan anugerah rahmat dan kebahagiaan sejak kita hidup di dunia ini, sampai di akhirat kelak, dengan ridla Allah Subhanahu wa Ta’ala , Amiin.
Sesungguhnya kehidupan ini memang Allah ciptakan untuk menguji siapa diantara hambaNya yang paling banyak dan paling baik beramal. Beramal merupakan inti dari keberadaan manusia di dunia ini, tanpa amal maka manusia akan kehilangan fungsi dan peran utamanya dalam menjadi khalifah serta beribadah kepada Allah.. Allah berfirman menegaskan tujuan keberadaan manusia:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (الملك: 2)

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun“.

Marilah kita sejenak memperhatikan sabda Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam, ketika mengumpulkan anak cucunya seraya bertanya, sebagaimana yang dikisahkan di dalam Al Qur’an :

مـا تـعـبـدون مـن بـعـدي

“Ketika Ya’qub berkata pada putra putranya : “Apa yang akan kalian sembah nanti sepeninggalku ?”

bukan  مـا تــأكـلـون مـن بـعـدي (“ Apa yang akan kamu makan setelah aku tiada”)

(QS. Al Baqarah 133).

Pertanyaan Nabi Ya’qub kepada putra putranya ini menggambarkan keprihatinan orang tua terhadap generasi penerusnya dalam hal agama, aqidah dan peribadatannya. Sebagai pelajaran bagi kita semuanya, bahwa kita harus senantiasa memperhatikan peribadatan adik kita, anak cucu kita. Sedang kan Nabi Ya’qub sebagai seorang Nabi saja, begitu menghawatirkan terhadap anak cucu keturunannya . Apalagi kita, dimana kita hanya sebagai manusia biasa , tentu keadaan generasi penerus akan lebih menghawatirkan. Kita tentu harus lebih memperhatikan, terlebih kita hidup dimasa sekarang ini, godaan lebih besar, kemajuan teknologi layaknya dua mata pedang, dan berpengaruh terhadap i’tiqad dan keyakinan kita. Pemimpin terpilih yang beragama Islam pun tak dapat menjamin kenyamanan kita untuk beribadah. Tak dapat kita pungkiri kehidupan di masa sekarang ini terasa semakin sulit dan berat, persaingan dalam hidup semakin ketat. Semuanya lantaran pengaruh keadaan, hidup penuh dengan persaingan, sehingga mempengaruhi cara hidup, dan pola pikir masyarakat yang selalu tak pernah mau merasa kalah, juga tak pernah mau bersyukur menerima keadaan. Bahkan selalu merasa kurang, karena selalu melihat yang serba lebih dari kapasitas dirinya.
Saudaraku kaum Muslimin yang berbahagia,

Paham yang serba materi dan kebendaan telah merasuki pikiran masyarakat pada ummnya, membuat keadaan menjadi berbalik dan kacau. Karena tuntutan materi dan persaingan, sehingga orang hidupnya untuk bekerja, bukan bekerja untuk hidup. Sehingga tak pernah menghitung tujuan jangka panjangnya, menggapai kabahagian hidup di dunia ini sampai di akhirat kelak. Tetapi yang dikejar hanyalah tujuan jangka pendek, bagaimana agar dapat tercapai keinginan dan impianya, supaya dianggap orang sukses, hidup tidak kalah bersaing, harus selalu menang persaingan. Kita mengorbankan kesehatan kita, demi meraih sepeser rupiah. Di kemudian hari, kita korbankan uang kita untuk pengobatan. Begitu juga, kita begitu khawatirnya akan masa depan sehingga mengorbankan ketenangan untuk hidup di masa kini. Sampai pada akhirnya lupa akan ungkapan terkenal Ali bin Abi thalib sehingga ia hidup seakan lupa akan mati, atau terlalu khawatir untuk hidup, seolah ia telah mati.

Oleh karena itu marilah kita luruskan faham kita tentang hidup ini, bukan hidup untuk bekerja, tetapi bekerja untuk hidup. Sehingga bekerja tidak dengan rakus harus menghasilkan sebanyak banyaknya, tetapi sebatas sebagai sarana menyambung hidup, dan bukan sebagai tujuan hidup.

Adapun tujuan dan misi hidup ini adalah menghambakan diri beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya perhatian dan rasa khawatir terhadap i’tiqad an keyakinan anak anak kita harus tertanam dalam hati setiap orang tua, agar menumbuhkan upaya dan budi daya orang tua, demi anak cucu generasi selanjutnya tetap melestarikan peribadatan dan keyakinan generasi pendahulunya, sebagaimana firman Allah :

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً

“Dan hendaknya takut dan khawatir orang orang yang apabila mereka meninggalkan generasi yang lemah. Supaya mereka khawatir terhadap anak cucunya, Dan hendaknya mereka takut kepada Allah, dan hendaklah mereka mengucap dengan ucapan yang benar”.(QS.An Nisa’ 9).

Saudara ku Kaum Muslimin Rahimakumullah,

Kita harus menjadi generasi penerus yang senantiasa memegang panji agama Allah, khususnya generasi penerus di Indonesia. Sudah sejak lama, di Indonesia terdapat gerakan yang sistematis yang mengusung ide pluralisme. Beberapa waktu lalu, tampak gerakan yang membangun opini: di Indonesia tak ada kebebasan beragama, golongan Islam radikal menyerang golongan minoritas, gereja dirubuhkan, teroris muncul karena orang2 yang aktif di mesjid, ISIS makin marak dan ingin menumbangkan pemerintah, dll. Opini kemudian disertai dengan pernyataan bahwa pluralisme di Indonesia terancam, Pancasila terancam dan NKRI terancam. Ketahuilah, banyak pihak2 yang ingin mengkambinghitamkan Islam atas fenomena yang dilakukan ISIS, sehingga solusinya adalah bukan menjauhi Islam, tapi pahamilah Islam secara Kaffah, temukan keindahannya serta istiqamahlah dalam menjalani ajarannya.

Saudara saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah

Jelas ada penyesatan politik luar biasa di balik ini semua..

Selain itu, umat Islam selama ini tidak mempersoalkan hak umat Kristen untuk beribadah. Yang dipersoalkan umat Islam adalah pembangunan gereja yang melanggar aturan, sebagaimana terpapar di undang2. Lagi pula sudah banyak terjadi gereja dijadikan basis kristenisasi untuk memurtadkan penduduk sekitar yang Muslim.

Marilah kita sadar, kwajiban mendidik generasi penerus, anak anak kita, kita bekali mereka pengetahuan, jangan sampai kita meninggalkan generasi yang bodoh tanpa pengetahuan agama. Nabi memperingatkan para orang tua. Jadikan momentum orientasi kampus ini sebagai ajang untuk mencetak kader-kader unggul, intelek, militan, serta siap membela agama Allah!

مـن تـرك ولـده جـاهـلا كان كـل ذنب عـمـلــه عـلـيــه

“Barang siapa yang meninggalkan anak dalam keadaan bodoh (tidak mengerti agama), niscaya dosa yang dilakoni anak oleh sebab bodohnya, dibebankan kepada orang tuanya”

Semoga kita mendapat petunjuk dan pertolongan dari Allah Ta’ala. Memenuhi amanat kwajiban mendidik anak anak kita, kelak kemudian menjadi generasi yang shalih shalihat, selamat dunia akhirat. Amin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ* وَنَفَعَنِي وَإِيَّا كُمْ بِااْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ* إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ *وَقُلْ رَبِّ اْغفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ

antiJIL

 

Berterima kasihlah pada orang Hasud!!

Walillahil hamd wal ‘izzah, asshalah was salam ‘ala Habibina Muhammad la nabiyya ba’dah..

Para ahli ibadah selalu bersyukur kepada Allah SWT ketika banyak orang yang menghasudi diri mereka.. loh, kenapa?

Setelah tahu dihasudi, mereka memperbanyak permohonan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan dan kelalaian yang membuat orang lain hasud kepada mereka. Mereka menyadari bahwa kehasudan atau kedengkian orang lain menunjukkan keberlimpahan nikmat Allah SWT kepada mereka. Sebab, kehasudan seseorang didorong oleh kelebihan nikmat yang diterima oleh orang lain.

Keberadaan para penghasud, bagi para sufi, adalah bertambahnya perhatian orang lain kepada mereka. Dengan kehasudan tersebut, merek semakin waspada terhadap celah-celah kekeliruan dan perbuatan maksiat. Uniknya, para sufi menganggap para penghasud sebagai pengawas-pengawas ( dalam arti tidak mengenyampingkan Allah namun menganggap sebagai wasilah dari-Nya ) atas tindakan mereka. Mereka tidak membenci orang yang menghasud, namun mereka mendoakan agar dosa para penghasud tersebut diampuni oleh Allah SWT.

Abu Umamah berkata : ” Jika engkau hasud terhadap kawanmu karena melihat ia banyak harta, ketahuilah bahwa ia pun susah mengurus hartanya ! Bahkan, terkadang ia harus sakit karena hartanya itu. Jika engkau hasud pada orang lain karena ia memiliki jabatan yang tinggi, ketahuilah ia pun gelisah memikirkan jabatannya ! Ia takut ada orang yang menggeser posisinya atau dipecat oleh atasannya. Hidup orang lain tidak seenak yang kita bayangkan. Hidup ini hanyalah saling memandang. Yang dapat merasakan keadaan yang sebenarnya hanya diri kita masing-masing. Setiap orang merasakan kesusahan dan kegelisahan. Karena itu, tiada bernilai menghasud orang yang sama-sama gelisah ”

yah ,, begitu ternyata.. semoga bermanfaat bagi kita semua di dunia dan yang pasti .. di akherat