Berani ngelamar anak saya? (version 2)

ehm.. Bismillah.. kembali lagi dengan beberapa pengalaman romantika beberapa pasangan yang pernah kusaksikan (setidaknya dlm pikiran, alias imajinasi.. hahaay 😂)
Karena, sebaik2 gombal, adalah gombal kepada ayahnya. Yiiha
Well, yok ah coba tengok di antara jurus2 menaklukkan menggapai hati sang ayah.. 😀

Ayah: berani ngelamar anak saya, kerja apa kamu?
F: saya sekretaris pribadi pak.
Ayah: Sekretaris pribadi macam apa?!
F: Sekretaris pribadi saat anak bapak sedang mengandung, pak
Ayah: sakarepmu, direstui juga belon!

********
Ayah: wah, dateng lagi. kerjamu apa sekarang?
F: Saya ahli kimia pak.
Ayah: lah, piye bikin anakku bahagia?
F: Pak.. atom aja yg sangat kecil kami perhatiin. apalagi anak bapak…
Ayah: Grrrrrrrr……_#) #’#=

********
Ayah: berani ngelamar anak saya, kerjamu apa?
F: Saya adzan, pak.
Ayah: Oh Muadzin. masya Allah. di mana?
F: di telinga cucu bapak, saat dia dilahirkan nanti, insya Allah.
Ayah: Aiihh   …

Masih ada lagi kah? boleh lah kita berbagi. Kemudian yiiha bersama.. hehe

Investasi Salah Sasaran (?)

Investasi salah sasaran

Bekerja sebagai penyintesis kristal trnyata berimbas pada sebuah hobi baru. Ya, banyak merenung. Hore! akhirnya telah ditemukan posisi wenak merenung selain menjelang tidur atau di WC menantikan kehadirannya untuk “plung” . Well, Di tengah penantian akan munculnya kristal baru, trnyata akses internet tak terbatas di mari (Universiti Malaya, red.) beri saya waktu utk berselancar, mulai dari sifat kelarutan tiap senyawa hingga sekedar research gaya hidup pasutri di mari (Malaysia, red.) dan mahar gadis Melayu. #aih.

Materi ini diawali dengan sebuah kalam dari Imam alGhazali. Kurang lebih bunyinya:

“Barangsiapa yg menginvestasikan waktunya berjam-jam untuk cari harta kerana takut miskin, maka sebenarnya dialah sebenarnya orang miskin”

Sebuah kalam yang menghentakkan kita masing-masing, bahwasanya, bisa jadi sia-sia jika ternyata investasi kita, kerja kita, waktu kita, semua semata hanya karena takut (dikatakan) miskin.

Jadi gimana ini?

Semoga kita sentiasa ingat, hanya ada 3 perkara yang dibawa mati. Okei, ini dalilnya:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

 

Dari hadits itu boleh aku simpulkan, menuju akhirat nanti sepertinya ada 3 macam investasi yang layak kita masing2 tanam. Tapi, layaknya bisnispun, ada kalanya investasi ini bisa berbuah gagal. Gagal, karena ternyata membuat investasi ini jadi salah sasaran. How so? Mari simak beberapa poin berikut:

 

1.Investasi guru terhadap murid2nya

Ilmu yg bermanfaat katanya. Yeah! para pencari ilmu, para pembelajar, in sya Allah tak sia2 tiap ilmu yang kalian perjuangkan utk bs tetap nempel. \^_^/ Beruntunglah wahai kalian yg pernah jd pementor, mengajar qur’an, apalagi yg berprofesi sbg guru. Sebab kita sungguh paham akan hadits berikut,

kebaikan

 

Lantas bagaimana investasi macam ini jd salah sasaran? Jelas, bisa jadi karena:

  1. i) faktor menuntut ilmunya bukan kerana Allah dan didasari ujub yg tinggi
    ii) ilmu yg kita bagikan tak sampai ke orang yg kita ajarkan. boleh kerana kita tak sabar mendidiknya, atau sang murid yg lalai.

Allaah.. berilah kami ilmu yang bermanfaat, serta berilah kebermanfaatan pada ilmu yang Engkau berikan ..

 

 

2.Investasi orangtua pada anaknya
Anak Sholeh yg mendoakan, katanya. Tapi, bagaimana jika dibalik? Kita adalah bentuk investasi dari orangtua kita. Yah, orangtua kita yg di manapun suda membesarkan. yang darahnya sentiasa mengalir di nadi kita. yang darinya kita warisi mata indahnya. sehingga, masih Maukah kita sia2kan bentuk investasi mereka? Masih mau kah berbelok, berbuat dzolim, terpaku dg gadget, tak tunaikan shalat di waktu yg tepat?

Mungkin. Tapi, maukah, lain kali kita renungkan.. tiap kali mau berbuat maksiat, sentiasa kita bayangkan, “Hei zan, kamu mau jadiin dirimu sebuah investasi salah sasaran dari Papa dan Mama?”

Allaah..

 

 

3. Investasi amal jariyah

Amal jariyah. Amal yg tak terputus. Yang manfaatnya sentiasa dirasa dan ngalir, walau kita telah maut. Aku tak dapat banyak cakap terkait ini. Beberapa waktu lalu banyak yg ngeshare terkait amal  jariyah. Ada lagi contoh-contoh amal jariyah sederhana lainnya, semisal: beli dispenser utk diletakkan di Mesjid, bagikan bakiak (sandal jepit) utk Mesjid, menanam pohon, menyingkirkan rintangan di jalan, dst.

Well, kali ini aku hanya ingin mengajak saudara-saudara mentadabburi ayat ini,
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang .”(Alhujurat:13)
Ayat yg bicara ttg ghibah. Menggunjing. Nyinyir. Ngomongin di belakang.

 

Lah kaitannya dengan investasi?

 

Ghibah, menggunjing, nyinyir kurang lebih selalu dibarengi dengan sifat hasad. Dan tuan puan pun tahu, jika hasad akan memakan kebajikan sebagaimana api makan kayu bakar.

Puff! hangus!

Lantas bagaimana jika amal yg kita niatkan utk jariyah itulah yg akan hangus? hanya karena sifat jelek kita sering ghibah dan hasad akan rezeki org lain?
Yeah, inilah bentuk lain dari investasi salah sasaran. Bahkan di hadits lain disebutkan, jika kita kerap kali membicarakan kejelekan org yg kita benci, niscaya amalan kita akan berpindah. jika suda habis, maka amalan buruknya lah yg akan kita dapat sebagai pemberat catatan. Ironis bukan?

 

Seorang mufti Al-Azhar pernah berujar,

 

“hati2lah kamu akan hasad dan kebiasaan ghibah. boleh jadi kamu menabung amal utk orang yg kamu cintai, malah berakhir berpindah ke orang yg paling kau benci”.

 

Allaah.. inilah bentuk terakhir dan nyata dari Investasi Salah Sasaran.

 

Ramadhan 1437H, patutlah kita berprasangka ini bisa jadi Ramadhan terakhir kita. Jom, perbanyak istighfar.. moga2 Allah beri kita kesempatan nikmati Ramadhan dengan investasi yg GAK akan salah sasaran

 

 

 

 

 

Wallahu a’alam bish-shawaab

Kuala Lumpur, 26 May 2016